Renungan utk kita, dan Untuk yang merasa Lelah dan bosan di 'jalan' ini
22.40.00Rois FMIPA UnilaOleh : Faturrahman
Ikhwati fillah, mari kita renungkan fragmen berikut :
“Akhi, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da'wah.
Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah
makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak
pula yang aneh-aneh...” Begitu keluh kesah seorang kader
dakwah kepada murobbinya di suatu malam.
Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali
semua kecamuk dalam diri mad'unya. “Lalu, apa yang
ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu “? sahut
sang murobbi setelah sesaat termenung. “Ana ingin
berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan
perilaku beberapa ikhwah yang justru tak Islami. Juga
dengan organisasi da'wah yang ana geluti ; kaku dan
sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini
terus, ana lebih baik sendiri saja..” jawab ikhwah itu.
Sang murobbi termenung kembali. Tak tampak raut
terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap
terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah
diketahuinya sejak awal. “Akhi, bila suatu kali antum naik
sebuah kapal mengarungi lautan luas, kapal itu ternyata
sudah amat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya
banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran
manusia. Lalu, apa yang antum lakukan untuk tetap
sampai pada tujuan ?” Tanya sang murobbi dengan kiasan
bermakna dalam.
Sang mad'u terdiam berpikir. Tak kuasa hatinya mendapat
umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat
tepat. “Apakah antum memilih untuk terjun ke laut dan
berenang sampai tujuan “? sang murobbi mencoba
memberi opsi. “Bila antum terjun ke laut, sesaat antum
akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia,
merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan
lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan
antum untuk berenang sampai tujuan ? Bagaimana bila
ikan hiu datang ? Darimana antum mendapat makan dan
minum ? Bila malam datang, bagaimana antum mengatasi
hawa dingin ? serentetan pertanyaan dihamparkan di
hadapan sang ikhwan tersebut.
Tak ayal, sang ikhwan menangis tersedu. Tak kuasa rasa
hatinya menahan kegundahan sedemikian.
Kekecewaannya kadang memuncak, namun sang
murobbi yang dihormatinya justru tak memberi jalan
keluar yang sesuai dengan keinginannya.
“Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan da'wah
adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah
SWT ?” ( Pertanyaan menohok ini menghujam jiwa sang
ikhwah. Ia hanya mengangguk. Bagaimana bila ternyata
mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu
ternyata mogok ? antum akan berjalan kaki meninggalkan
mobil itu tergeletak di jalan, atau mencoba
memperbaikinya ? Tanya sang murobbi lagi.
Sang ikhwah tetap terdiam dalam sesenggukkan tangis
perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkat tangannya …”
Cukup akhi, cukup. Ana sadar. Maafkan ana, Insya Allah
ana akan tetap istiqomah. Ana berda'wah bukan untuk
mendapat medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata
ana diperhatikan.. Biarlah yang lain dengan urusan pribadi
masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam da'wah.
Dan hanya jalan ini saja yang akan membahagiakan ana
kelak dengan janji-janji- Nya. Biarlah segala kepedihan
yang ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa ana ..” sang
mad'u berazzam di hadapan sang murobbi yang semakin
dihormatinya.
Sang murobbi tersenyum. “Akhi, jama'ah ini adalah
jama'ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang
punya banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu,
masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka
adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan untuk
berda'wah. Dengan begitu, mereka sedang berproses
menjadi manusia terbaik pilihan..” papar sang murabbi.
“ Bila ada satu-dua kelemahan dan kesalahan mereka,
janganlah hal itu mendominasi perasaan antum.
Sebagaimana Allah ta'ala menghapus dosa manusia
dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di
mata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap
da'wah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu
antum lebih baik dari mereka.
Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi
lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap
ketidaksepakatan selalu disikapi dengan jalan itu; maka
kapankah da'wah ini dapat berjalan baik “? sambungnya
panjang lebar.
Sang mad'u termenung merenungi setiap kalimat
murobbinya. Azzamnya memang kembali menguat.
Namun ada satu hal tetap bergelayut di hatinya. “Tapi,
bagaimana ana bisa memperbaiki organisasi da'wah
dengan kapasitas ana yang lemah ini ?” sebuah pertanyaan
konstruktif akhirnya muncul juga. “Siapa bilang kapasitas
antum lemah ? Apakah Allah mewahyukan kepada
antum ? Semua manusia punya kapasitas yang berbeda.
Namun tak ada yang bisa menilai bahwa yang satu lebih
baik dari yang lain !” sahut sang murobbi. “Bekerjalah
dengan ikhlas. Berilah taushiyah dalam kebenaran,
kesabaran, dan kasih sayang pada semua ikhwah yang
terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu
berguna bagi orang yang beriman. Bila ada sebuah isu
atau gossip, tutuplah telinga antum dan bertaubatlah.
Singkirkan segala ghibah antum terhadap saudara antum
sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina
menemui kemuliaannya…”
Malam itu sang mad'u menyadari kesalahannya. Ia
bertekad untuk tetap berputar bersama jama'ah dalam
mengarungi jalan da'wah.
Kembalikan semangat itu saudaraku, jangan biarkan asa
itu hilang, dihempas gersangnya debu 'wahn' yang begitu
kencang menerpa. Biarkan amal-amal ini semua menjadi
saksi, sampai kita diberi satu dari dua kebaikan oleh
ALLAH SWT: kemenangan atau mati syahid.
Ikhwati fillah, Jalan ini, seberat dan sesulit apapun itu,
seorang mukmin sejati akan senantiasa menikmati dan
mencintainya. Dalam menjalaninya, kita akan dapat
merasakan manisnya jalan ini, rasa manis yang akan
memudahkan semua kesulitan, meringankan beban berat,
menabahkan kita untuk terus menapaki dan mendakinya,
dan menjadikan kita ridho terhadap-NYA, bahkan ketika
melewati masa terpahit dan hari terberat sekalipun. kita
akan selalu ingatkan siapa saja yang berniat mundur dari
jalan ini : "Sesungguhnya akibat dari pengunduran diri
adalah keburukan. Apalagi bagi orang yang telah mengerti
kebenaran lalu berpaling darinya. Bagi orang yang telah
merasakan manisnya kebenaran lalu tenggelam dalam
kebatilan. Sesungguhnya membatalkan janji kepada Allah
termasuk dosa yg besar di sisi ALlah dan hina di
pandangan orang2 yg beriman.." sesungguhnya kita akan
menemui masa-masa sulit, masa-masa yg melelahkan,
dan berbagai ujian. Padahal kita tengah berada dan
berjalan diatas jalan kebenaran dan disibukkan berbagai
aktifitas dakwah. Tapi kita meyakini bahwa teguh diatas
jalan ini dan sabar menghadapi berbagai, niscaya
kepedihan akan sirna, kelelahan akan hilang, dan yg
tersisa bagi kita adalah ganjaran dan pahala...
Kita selalu menyadari bahwa sesungguhnya amal islami
bukanlah aktifitas sesaat..
amal islami bukanlah aktifitas yg cukup dikerjakan disaat
kita memiliki waktu luang dan bisa ditinggalkan saat kita
sibuk. Sekali-kali tidak...
Amal islami terlalu mulia dan agung. Sesungguhnya celah
tidak akan pernah tertutup...
kekurangan tidak akan pernah hilang, dan yang ma'ruf
tidak akan pernah terwujud kecuali dengan amal...
disinilah peran kita...
wahai saudaraku semua....
peran kita semua.
Tentu saja, kata-kata bukan sekedar untuk diucapkan,
tetapi ia untuk dipahami dan diamalkan...
Kita paham dan sadar bahwa agama ini hanya akan tegak
diatas pundak orang-orang yang memiliki azzam yg kuat.
Ia tidak akan tegak diatas pundak orang-orang yg lemah
dan suka berhura-hura, tidak akan pernah. Tidak akan
pernah tegak agama ini hanya dengan ragu, termangu
menjalin mimpi tanpa gerak maju...
Tidak akan pernah tegak agama ini tanpa kerja nyata, dan
tercencang jeratan angan hampa....
Ada nasehat yg luar biasa dari Ibnul Qayyim
rahimahullah...
"Wahai orang yang bersemangat banci..! ketahuilah, yang
paling lemah di papan catur adalah bidak. Namun jika ia
bangkit, ia bisa berubah menjadi menteri, bahkan 'ster'...
nasehat tersebut sangat mengena buat kehidupan kita...
betapa kita sering memiliki semangat yang banci dalam
mengemban dan menapaki jalan ini, bukan semangat yg
membaja...
kita hanya mau aktif dalam 'zona nyaman'....
kita menjadi militan karena lingkungannua memang
membentuk seperti itu, tapi sebenarnya kita rapuh...
kita sering dan mudah sekali mengeluh dan mengeluh,
padahal kita belum mencoba berbuat sesuatu....
Semoga Allah merahmati orang yang telah mengucapkan
kalimat berikut :
" Wahai orang yang meminang bidadari surga tetapi tidak
memiliki sepeser pun semangat, janganlah engkau
bermimpi....
telah sirna manisnya masa muda dan yang tersisa
hanyalah kepahitan dan penyesalan....
Jika Kesusahan adalah Hujan dan Kebahagiaan adalah
Mentari Kita tetap membutuhkan keduanya Untuk melihat
indahnya Pelangi
Begitulah aku mengibaratkan UKHUWAH ini Senantiasa
saling melengkapi satu dengan lainnya Dan tak ku nafikan
jika ada kekurangan yg terjadi di dalamnya Karena itulah
ruang PEMAKLUMAN ini begitu terbuka luas untuknya Dan
aku senantiasa belajar untuk dapat MEMAHAMI nya
semoga begitu juga denganmu ...
0 comments