Artikel

Temukan Alasan Kita Untuk Terus "BERLANJUT"

20.11.00Rois FMIPA Unila

Berlanjut adalah nafas kesinambungan. Dan kesinambungan adalah nafas hidup itu sendiri. Berlanjut adalah nyawa bagi segala yang hidup. Sebab kematian menghentikan apa yang seharusnya terus. Maka apa-apa yang gagal berlanjut pada hakikatnya telah berhenti, lalu mati. Seperti mengendarai sepeda, karenanya harus terus mengayuh agar tidak terjatuh.


Berlanjut adalah bahasa lain dari istiqomah. Memulai itu penting. Tetapi melanjutkan sesudah itu jauh lebih penting. Sebab setiap permulaan adalah tonggak penanda yang membuat sesuatu punya isyarat keberadaannya. Itu biasanya memang berat. Tetapi jauh lebih berat dari memulai adalah membuatnya punya keberlangsungan. 

Di ruang kejiwaan kita yang terus mendorong mau, menghentak kehendak, kita harus menemukan alasan yang kuat, mengapa kita harus berlanjut. Alasan pertama, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari esok. Ketidaktahuan ini justru harus menjadi pendorong yang sangat ajeg untuk terus berlanjut. Alasan kedua, kita semua ingin menciptakan akumulasi amal kebaikan dengan cara yang maksimal. Akumulasi seiring dengan waktu, akan mengubah yang sedikit itu menjadi banyak. Mengubah yang kecil menjadi besar. Itulah falsafah dasar dari keberlanjutan. Alasan ketiga,karena kita harus melakukan apa yang disebut reparasi diri. Seiring waktu kita harus memperbaiki apa-apa yang rusak, menambal yang hilang, mengisi yang kosong. Itulah yang diajarkan oleh Rasulullah. "Dan iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya dia akan menghapusnya". 

Pada akhirnya hidup adalah soal keberlangsungan. Soal keberlanjutan. Sebab kita tidak berbicara tentang sepanjang atau sependek apa waktu hidup kita. Tapi setahan kita mengiringi jatah hidup itu dengan karya yang terus berlanjut, setidaknya ikhtiar dan upaya untuk terus dan terus berbuat. Diselingi dengan pasang surut semangat dan gairah diri yang kadang tak bersahabat. Berlanjut, karenanya memerlukan alasan yang kuat dan kokoh. Sebab alasan itu yang memberikan kita daya dorong. Membuat kita mau dan mampu untuk terus melangkah, berjalan dan terus bekerja.....

Sumber : Majalah Tarbawi Edisi 300 Th.15, 11 Juli 2013

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Kritik dan Saran