Artikel

CITA RASA PESANTREN, MIMPI BESAR KITA

17.02.00Rois FMIPA Unila

Akhi wa ukhti, pernahkah antum waantunna membayangkan, ketika antum memasuki Fakultas yang kita cintai ini ada sebuah “plang” yang bertuliskan “Selamat Datang Di Pesantren Unila”. Ketika itu antum terus berjalan menyusuri fakultas ini dan tiba-tiba antum melihat sebuah papan triplek putih yang dihiasi dengan beberapa kaligrafi arab dan disudut kiri bawah papan tersebut terlihat dengan jelas gambar segitiga orange yang ditengahnya ada bintang dan bulan sabit sebuah simbol kejayaan islam, tergantung di sebuah pohon dekat halaman parkir. Antum begitu cermat membaca pesan yang tertulis di triplek putih tersebut “Sibukkan Diri Dengan Kebaikan Niscahaya Keburukan Akan Enggan Mendekatimu”. Sebuah pesan yang cukup menyejukkan hati, kemudian antum sekedar melihat-lihat sekeliling, triplek putih yang sama tidak hanya antum temukan di pohon tersebut, akan tetapi mata antum melihat begitu banyak pesan-pesan kebaikan yang tertulis di beberapa triplek putih yang lainnya.

Akhi wa ukhti, pernahkah pula antum wa antunna membayangkan, ketika hendak memasuki kelas perkuliahan, antum melihat ada dua blok kursi yang tersusun secara terpisah dan salah satu bloknya seperti lebih banyak jumlah kursinya yang diduduki oleh mungkin teman-teman sekelas antum ataupun mahasiswa-mahasiswi yang hendak memulai prosesi perkuliahan, antum melihat dua blok kursi yang diisi oleh laki-laki dan perempuan secara terpisah. Subahanallah, antum mengamati teman-teman antum yang begitu berusaha menjaga ikhtilatnya dan hubungan lawan jenisnya sehingga dalam prosesi perkuliahan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan terpisah dengan baik. Ketakjub-an antum tidak berhenti sampai disitu, ketika itu antum melihat sebelum prosesi perkuliahan dimulai teman-teman antum memulai perkuliahan dengan tilawah Al-Qur’an beberapa lembar secara bersamaan dipandu oleh satu orang, kemudian tilawahnya disempurnakan dengan Do’a sebagai pengawal hari itu. Tiba-tiba dosen antum datang dengan mimik muka penuh semangat dan bergairah lalu antum mendengar suara “Assalamu’alaikum” dari balik pintu kelas antum yang sedikit terbuka karna dorongan kecil oleh dosen antum, seketika itu seisi kelas secara reflek menyambut salam hangat tersebut denga penuh semngat “Wa’alaikumussalam. Wr. Wb.”. Prosesi perkuliahanpun dimulai kemudian berakhir dengan do’a penutup yang dipimpin oleh salah satu teman sekelas antum.

Ana yakin antum wa antunna juga membayangkan hal yang sama dengan ana, ketika antum berjalan-jalan dengan lincahnya menuju gedung UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Fmipa, seketika itu langkah antum terhenti dan mata antum serasa tak berkedip memandangi gedung panjang dengan kamar-kamar 4 X 6 meter sepi bak tak berpenghuni, sebagian besar pintu kesekretariatan tertutup rapat sedang yang lainnya terbuka namun hanya ada dua atau tiga orang cewek tak berjilbab sibuk mengutak-atik labtopnya, lalu antum menanyakan kepada mereka tentang keberadaan mahasiwa yang lainya, dengan halus salah satu dari mereka menjawab “yang lainya lagi pada shalat berjamah ke mesjid Alwasi’i, yang cewe-cewe sebagian ke mushallah terdekat”. Ternyata antum baru sadar bahwa kumandang azan sudah berlalu dari beberapa menit yang lalu, subahanallah, ternyata gedung UKM sepi ketika azan dzuhur berkumandang, mahasiswa, dosen dan kariawan bergegas ke mesjid dan menempati shaf terdepan, shalat djuhur dan asar di mesjid kampus sungguh jauh berbeda, hampir semua shaf terpenuhi dan setelah shalat berakhir kelihatan beberapa mahsiswa membentuk kelompok-kelompok kecil yang dipandu oleh satu orang mentor, yang sebagian lagi membuat diskusi-diskusi kecil.

Saudara dan saudari ana, pernahkah antum membayangkan, antum menawarkan sebuah jajanan kepada saudara antum, kemudian saudara antum tersebut mengatakan “Afwan akh, ana lagi shoum senin kamis”. Antum langsung mengingat tidak akan pernah laku pedagang atau mahasiswa berjualan pada hari senin dan kamis, karna sebagian besar mahasiwanya sedang melaksanakan shoum sunnah senin-kamis.
Ana juga membayangkan, Sejauh mata memandang, ana melihat akhwat-akhwat bangga dengan jilbab lebarnya, setiap muslimah di Fmipa sebagian besar sudah terhijabkan secara Syar'i. Mahasiswa tidak malu lagi dengan keislamannya, Islam sudah menjadi trend dan budaya serta kultur yang melekat pada setiap diri masyarakat Fmipa, baik itu mahasiswa, dosen maupun karayawannya. Ana melihat disekitar rumput-rumput hijau didepan gedung-gedung perkuliahan ada beberapa kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 7-12 orang mahasiwa yang dipandu oleh salah seorang mentor, sesekali ana mencuri pandang dan menguping tentang apa yang mereka bicarakan dan diskusikan dalam kelompok kecil tersebut, ada yang sedang memperdalam pemahaman keislamannya, dan ada juga yang sedang mendengarkan dan menyimak nasihat bijak dari sang mentor.Sebagian lagi membentuk kelompok diskusi tentang bagaimana perumusan ide-ide dakwah dan kerja-kerja dakwah selanjutnya, ana teringat bahwa ana pernah seperti mereka dahulu ketika ana diamanahkan di ROIS Fmipa.

Ana melihat seorang ikhwan sedang duduk meneyendiri di bawah pohon rindang dengan sebuah mushaf Al-Qur’an warna orange ditangannya, ana terus memperhatikan beliau, subahanallah ternya beliau sedang mengulang-ulang hafalan Qur’annya dan berusaha menambah ayat demi ayat hafalannya. Sebelum ana pulang ana sempat melintas di depan sekretariat sebuah Lembaga Kemahasiswaan di pintunya tertulis “HIMBIO”, ana mendengar suara merdu nan menyejukkan hati, ketika ayat demi ayat mengalir begitu indah dari dalam sekre tersebut, ayat tersebut cukup familiar bagi ana bahkan ana sempat menghafalnya dahulu ketika surat tersebut menjadi tugas hafalan presidium (waktu ana diamanahin di Rois), “Ar-Rahman”. Lantunan tersebut belum berhenti, dengan sedikit malu ana mengintip dari celah jendela kaca dekat pintu sekre, ternya seorang ikhwan sedang menuntaskan tilawah hariannya dengan kusuknya.
Terakhir ana masih ingat ketika hari jum’at, serasa Fmipa ini berubah menjadi madrasah yang disebut “Pesantren” bukan hanya nuansanya saja yang begitu kental terasa tetapi cita rasa pesantren pada hari itu sungguh sangat menyejukkan. Semua mahasiswi muslimah serentak memakai jilbab putih, sejauh mata memandang semuanya bernuansa putih. Tidak kalah dengan yang di ikhwan, setiap muslim laki-laki memakai baju koko yang serentak, seakan kebiasaan ini sudah menjadi kultur wajib yang tidak bisa ditinggalkan, kita menyebutnya “Gerakan Jum’at Berkoko dan Berhijab Putih”. Maka pada hari jum’at jangan heran akan banyak santri dan santriwati di Fmipa. Setiap dua minggu sekali pada jum’at pagi ada kajian bersama civitas akademika Fmipa yang melibatkan seluruh komponen masyarakat Fmipa baik mahasiswa, dosen, kariawan maupun pegai dekanat. 

Pernahkah antum wa antunna membayangkan hal tersebut..?

Setiap detik dan waktu berlalu bayangan itu selalu terlintas dipikiran ana, dan ini menjadi cita-cita besar ana bersama antum wa antunna tentang sebuah cita rasa kampus islami yaitu CITA RASA PESANTREN. 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Kritik dan Saran