Akhi wa ukhti, pernahkah antum
waantunna membayangkan, ketika antum memasuki Fakultas yang kita cintai ini ada
sebuah “plang” yang bertuliskan “Selamat
Datang Di Pesantren Unila”. Ketika itu antum terus berjalan menyusuri fakultas
ini dan tiba-tiba antum melihat sebuah papan triplek putih yang dihiasi dengan
beberapa kaligrafi arab dan disudut kiri bawah papan tersebut terlihat dengan
jelas gambar segitiga orange yang ditengahnya ada bintang dan bulan sabit
sebuah simbol kejayaan islam, tergantung di sebuah pohon dekat halaman parkir.
Antum begitu cermat membaca pesan yang tertulis di triplek putih tersebut “Sibukkan Diri Dengan Kebaikan Niscahaya
Keburukan Akan Enggan Mendekatimu”. Sebuah pesan yang cukup menyejukkan
hati, kemudian antum sekedar melihat-lihat sekeliling, triplek putih yang sama
tidak hanya antum temukan di pohon tersebut, akan tetapi mata antum melihat
begitu banyak pesan-pesan kebaikan yang tertulis di beberapa triplek putih yang
lainnya.
Akhi wa ukhti, pernahkah pula
antum wa antunna membayangkan, ketika hendak memasuki kelas perkuliahan, antum
melihat ada dua blok kursi yang tersusun secara terpisah dan salah satu bloknya
seperti lebih banyak jumlah kursinya yang diduduki oleh mungkin teman-teman
sekelas antum ataupun mahasiswa-mahasiswi yang hendak memulai prosesi
perkuliahan, antum melihat dua blok kursi yang diisi oleh laki-laki dan
perempuan secara terpisah. Subahanallah, antum mengamati teman-teman antum yang
begitu berusaha menjaga ikhtilatnya dan hubungan lawan jenisnya sehingga dalam
prosesi perkuliahan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan terpisah dengan
baik. Ketakjub-an antum tidak berhenti sampai disitu, ketika itu antum melihat
sebelum prosesi perkuliahan dimulai teman-teman antum memulai perkuliahan
dengan tilawah Al-Qur’an beberapa lembar secara bersamaan dipandu oleh satu
orang, kemudian tilawahnya disempurnakan dengan Do’a sebagai pengawal hari itu.
Tiba-tiba dosen antum datang dengan mimik muka penuh semangat dan bergairah
lalu antum mendengar suara “Assalamu’alaikum”
dari balik pintu kelas antum yang sedikit terbuka karna dorongan kecil oleh
dosen antum, seketika itu seisi kelas secara reflek menyambut salam hangat
tersebut denga penuh semngat “Wa’alaikumussalam.
Wr. Wb.”. Prosesi perkuliahanpun dimulai kemudian berakhir dengan do’a
penutup yang dipimpin oleh salah satu teman sekelas antum.
Ana yakin antum wa antunna juga
membayangkan hal yang sama dengan ana, ketika antum berjalan-jalan dengan
lincahnya menuju gedung UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Fmipa, seketika itu
langkah antum terhenti dan mata antum serasa tak berkedip memandangi gedung
panjang dengan kamar-kamar 4 X 6 meter sepi bak tak berpenghuni, sebagian besar
pintu kesekretariatan tertutup rapat sedang yang lainnya terbuka namun hanya
ada dua atau tiga orang cewek tak berjilbab sibuk mengutak-atik labtopnya, lalu
antum menanyakan kepada mereka tentang keberadaan mahasiwa yang lainya, dengan
halus salah satu dari mereka menjawab “yang
lainya lagi pada shalat berjamah ke mesjid Alwasi’i, yang cewe-cewe sebagian ke
mushallah terdekat”. Ternyata antum baru sadar bahwa kumandang azan sudah
berlalu dari beberapa menit yang lalu, subahanallah, ternyata gedung UKM sepi
ketika azan dzuhur berkumandang, mahasiswa, dosen dan kariawan bergegas ke
mesjid dan menempati shaf terdepan,
shalat djuhur dan asar di mesjid kampus sungguh jauh berbeda, hampir semua shaf terpenuhi dan setelah shalat
berakhir kelihatan beberapa mahsiswa membentuk kelompok-kelompok kecil yang
dipandu oleh satu orang mentor, yang sebagian lagi membuat diskusi-diskusi
kecil.
Saudara dan saudari ana,
pernahkah antum membayangkan, antum menawarkan sebuah jajanan kepada saudara
antum, kemudian saudara antum tersebut mengatakan “Afwan akh, ana lagi shoum senin kamis”. Antum langsung mengingat
tidak akan pernah laku pedagang atau mahasiswa berjualan pada hari senin dan
kamis, karna sebagian besar mahasiwanya sedang melaksanakan shoum sunnah
senin-kamis.
Ana juga membayangkan, Sejauh
mata memandang, ana melihat akhwat-akhwat bangga dengan jilbab lebarnya, setiap
muslimah di Fmipa sebagian besar sudah terhijabkan secara Syar'i. Mahasiswa
tidak malu lagi dengan keislamannya, Islam sudah menjadi trend dan budaya serta
kultur yang melekat pada setiap diri masyarakat Fmipa, baik itu mahasiswa,
dosen maupun karayawannya. Ana melihat disekitar rumput-rumput hijau didepan
gedung-gedung perkuliahan ada beberapa kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 7-12 orang mahasiwa yang dipandu oleh salah seorang mentor, sesekali ana
mencuri pandang dan menguping tentang apa yang mereka bicarakan dan diskusikan
dalam kelompok kecil tersebut, ada yang sedang memperdalam pemahaman
keislamannya, dan ada juga yang sedang mendengarkan dan menyimak nasihat bijak dari
sang mentor.Sebagian lagi membentuk kelompok diskusi tentang bagaimana
perumusan ide-ide dakwah dan kerja-kerja dakwah selanjutnya, ana teringat bahwa
ana pernah seperti mereka dahulu ketika ana diamanahkan di ROIS Fmipa.
Ana melihat seorang ikhwan sedang
duduk meneyendiri di bawah pohon rindang dengan sebuah mushaf Al-Qur’an warna
orange ditangannya, ana terus memperhatikan beliau, subahanallah ternya beliau
sedang mengulang-ulang hafalan Qur’annya dan berusaha menambah ayat demi ayat
hafalannya. Sebelum ana pulang ana sempat melintas di depan sekretariat sebuah
Lembaga Kemahasiswaan di pintunya tertulis “HIMBIO”, ana mendengar suara merdu
nan menyejukkan hati, ketika ayat demi ayat mengalir begitu indah dari dalam
sekre tersebut, ayat tersebut cukup familiar bagi ana bahkan ana sempat
menghafalnya dahulu ketika surat tersebut menjadi tugas hafalan presidium
(waktu ana diamanahin di Rois), “Ar-Rahman”.
Lantunan tersebut belum berhenti, dengan sedikit malu ana mengintip dari celah
jendela kaca dekat pintu sekre, ternya seorang ikhwan sedang menuntaskan
tilawah hariannya dengan kusuknya.
Terakhir ana masih ingat ketika
hari jum’at, serasa Fmipa ini berubah menjadi madrasah yang disebut “Pesantren” bukan hanya nuansanya saja
yang begitu kental terasa tetapi cita rasa pesantren pada hari itu sungguh
sangat menyejukkan. Semua mahasiswi muslimah serentak memakai jilbab putih,
sejauh mata memandang semuanya bernuansa putih. Tidak kalah dengan yang di
ikhwan, setiap muslim laki-laki memakai baju koko yang serentak, seakan
kebiasaan ini sudah menjadi kultur wajib yang tidak bisa ditinggalkan, kita
menyebutnya “Gerakan Jum’at Berkoko dan
Berhijab Putih”. Maka pada hari jum’at jangan heran akan banyak santri dan
santriwati di Fmipa. Setiap dua minggu sekali pada jum’at pagi ada kajian bersama
civitas akademika Fmipa yang melibatkan seluruh komponen masyarakat Fmipa baik
mahasiswa, dosen, kariawan maupun pegai dekanat.
Pernahkah antum wa antunna
membayangkan hal tersebut..?
Setiap detik dan waktu berlalu
bayangan itu selalu terlintas dipikiran ana, dan ini menjadi cita-cita besar
ana bersama antum wa antunna tentang sebuah cita rasa kampus islami yaitu CITA
RASA PESANTREN.
0 comments