SURAU ROIS
(Kenangan
Bersamamu)
Tempatnya pas di tengah, di antara
sederetan kamar-kamar persinggahan lembaga kemahasiswaan, bagaikan pusat dalam
tubuh, letaknya yang tidak dikanan dan tidak dikiri mencerminkan dia punya
pengaruh agung atas sekelilingnya. Seimbang dalam tata letak dan netral dalam
posisi.
Mereka menyebutnya tempat persinggahan,
tempat transit dikala lelah dan tempat berteduh dikala kepanasan. Sebuah kata
cantik tertulis didepan pintunya dengan eksotisme kalimat mengiringi dibawahnya.
“SuRo” (Surau Rois), “disini bukan tempat orang BAIK, tetapi tempat orang yang
INGIN MENJADI LEBIH BAIK”.
SuRo mereka menyebutnya, saksi bisu
lelahnya aktivitas mereka dalam barisan. Ruang kecil bersekat papan putih tebal
setinggi dua meter membelah dua ruangan kecil tersebut. Sebenarnya sekat yang
membelah rungan kecil tersebut tidak begitu simetris, karna bagian sisi yang
lainnya kelihatan lebih luas dan lebih panjang dari bagian sisi yang lainya.
Mungkin karna populasi yang masuk kedalamnya lebih banyak daripada yang
satunya.
Ada hal unik yang mereka ceritakan
mengenai sekat ini, sekat yang didisain sedemikian rupa yang mempunyai dua sisi
putih yang berpungsi sebagai papan tulis seta papan informasi bagi penghuninya
yang berada didalam. Disini lah mereka saling berceloteh, melalui papan putih
ini juga mereka saling memberi nasihat dan papan putih ini juga berfungsi
sebagai informasi tentang agenda-agenda terdekat mereka. Tetapi hal yang paling
mengherankan dari sekat papan putih ini, mereka mengatakannya hijab anatara
ikhwan dan akhwat, selalu saja setiap hari papan putih (hijab) bergeser
kesebelah sisi penghuni ikhwan, dan pada suatu ketika tanpa disadari papan
putih tersebut bergeser dengan jarak yang cukup jauh. Mereka mengatakan ini
perbuatan akhwat yang lebih banyak jumlahnya dari yang ikhwan. Dan begitulah
seterusnya, kedudukannya di kembalikan ke semula, kemudian bergeser lagi,
kembalikan lagi bergeser lagi, dan seterusnya.
Ada satu hal lagi yang menarik mengenai
papan putih (hijab) ini, biasanya penghuninya juga menggunkan papan ini sebagai
media komunikasi anatara ikhwan yang akhwat. Contohnya seperti ini, “ Tok..
tok.. tok.., ada ikhwan nd’?”.
Sepintas melihat SuRo ini memang agak
sedikit eksklusif, karena mungkin tempat dan tata letaknya yang begitu
tertutup, tapi mereka beralasan ini sebagai usaha penjagaan interaksi ikhwan
dan akhwat yang berada dalam satu ruangan. Akan tetapi setelah mengenal lebih
jauh tentang SuRo ini, maka akan kelihatan perbedaan yang sangat signifikan
antara ruangan ini dengan kamar-kamar di kanan dan kirinya.
Ruangan kecil ini tidak terlalu rapih,
bukan karna mereka tidak suka bersih-bersih atau mereka malas untuk
merapihkannya, akan tetapi setiap mereka mebersihkan dan membereskan ruangan
tersebut beberapa menit kemudian akan kembali seperti semula, berantakan dan
tidak tertata. Ya, mereka mengatakan karna aktivitas mereka di dalam ruangan
tersebut terlalu dinamis. Sempat seorang Qiadah mereaka mengatakan dengan
santainya “tidak usah terlalu dipikirkan
masalah kebersihan SuRo, yang penting ramai dan nyaman ketika berada
didalamnya, berantakan itu menadakan kita kerja dan SuRonya selalu ada
penghuninya”, begitulah pernyataannya meski kesannya kurang baik.
Terkadang kalau kita masuk kedalammnya
ada beberapa ikhwan yang sedang bersendau gurau asyik sedang yang lainnya
menghafal kalimat demi kalimat yang ada di bukunya sambil menunggu jadwal
kuliah/praktikum tiba. Terkadang mereka menggunakan SuRo ini sebagai tempat
transit dari jadwal kuliah sebelumnya ke jadwal kuliah selanjut dan ada yang
menggunakannya sebagai tempat istirahat sejenak bahkan tempat merebah sampai
tempat tidur siang. Inilah SuRo, Rumah kedua setelah kostan, keluarga kedua
setelah yang dirumah dan tempat persinggahan yang asyik dikala lelah dan
menjemukan.
Beberapa buku berantakan didalamnya, ada
kipas angin yang sesekali dihidupkan dan sesekali dimatikan (karna ada yang
tidak tahan dengan kipas angin). Dan yang menghiasi temboknya sebuah jam
dinding coklat yang merana, beberapa stearofoam
tempat surat masuk dan undangan digantungin serta kalender dan
hiasan-hiasan dinding yang mereka buat untuk memperindah ruangan tersebut. Satu
hal yang paling unik dan mengherankan yang menghiasi tembok tersebut yaitu
pasti ada beberapa baju kusam tergantung di tempat ikhwan, ada juga jas
almamater dan jas laboratorium. Meski para kaum akhwat sudah sering
mengingatkan untuk tidak menggantungkan pakaian di SuRo, tapi entah kenapa
masih aja selalu ada yang tergantung di tembok tersebut (itulah ikhwan).
Memang sih, sepintas terlihat tempat
akhwat lebih keliahatan rapih dan tertata daripada tempat ikhwan, kalo mereka
yang ikhwan mengatakan dengan nada ngeles “namanya
juga ikhwan, kalo tidak beratakan ya namanya akhwat”.
SuRo sudah cukup penuh dengan
Inventarisnya, ada kipas, rak buku, loker, printer, sound system, dispenser,
etalase, cangkir, piring dll.
Itulah SuRo, sejuta kenangan bersamanya,
tempat mereka merumuskan ide-ide besar dakwah meraka, tidak jarang juga SuRo
menjadi tempat untuk saling mengenal lebih dalam antar mereka. SuRo adalah
inspirasi mereka. Menjadi saksi jejak-jejak perjuangan dakwah mereka dan akan
selalu mereka rindukan dalam episode kehidupan mereka selanjutnya.
0 comments