Artikel

SURAU ROIS (Kenangan Bersamamu)

20.45.00Rois FMIPA Unila

SURAU ROIS
(Kenangan Bersamamu)

Tempatnya pas di tengah, di antara sederetan kamar-kamar persinggahan lembaga kemahasiswaan, bagaikan pusat dalam tubuh, letaknya yang tidak dikanan dan tidak dikiri mencerminkan dia punya pengaruh agung atas sekelilingnya. Seimbang dalam tata letak dan netral dalam posisi.
Mereka menyebutnya tempat persinggahan, tempat transit dikala lelah dan tempat berteduh dikala kepanasan. Sebuah kata cantik tertulis didepan pintunya dengan eksotisme kalimat mengiringi dibawahnya. “SuRo” (Surau Rois), “disini bukan tempat orang BAIK, tetapi tempat orang yang INGIN MENJADI LEBIH BAIK”.
SuRo mereka menyebutnya, saksi bisu lelahnya aktivitas mereka dalam barisan. Ruang kecil bersekat papan putih tebal setinggi dua meter membelah dua ruangan kecil tersebut. Sebenarnya sekat yang membelah rungan kecil tersebut tidak begitu simetris, karna bagian sisi yang lainnya kelihatan lebih luas dan lebih panjang dari bagian sisi yang lainya. Mungkin karna populasi yang masuk kedalamnya lebih banyak daripada yang satunya.
Ada hal unik yang mereka ceritakan mengenai sekat ini, sekat yang didisain sedemikian rupa yang mempunyai dua sisi putih yang berpungsi sebagai papan tulis seta papan informasi bagi penghuninya yang berada didalam. Disini lah mereka saling berceloteh, melalui papan putih ini juga mereka saling memberi nasihat dan papan putih ini juga berfungsi sebagai informasi tentang agenda-agenda terdekat mereka. Tetapi hal yang paling mengherankan dari sekat papan putih ini, mereka mengatakannya hijab anatara ikhwan dan akhwat, selalu saja setiap hari papan putih (hijab) bergeser kesebelah sisi penghuni ikhwan, dan pada suatu ketika tanpa disadari papan putih tersebut bergeser dengan jarak yang cukup jauh. Mereka mengatakan ini perbuatan akhwat yang lebih banyak jumlahnya dari yang ikhwan. Dan begitulah seterusnya, kedudukannya di kembalikan ke semula, kemudian bergeser lagi, kembalikan lagi bergeser lagi, dan seterusnya.
Ada satu hal lagi yang menarik mengenai papan putih (hijab) ini, biasanya penghuninya juga menggunkan papan ini sebagai media komunikasi anatara ikhwan yang akhwat. Contohnya seperti ini, “ Tok.. tok.. tok.., ada ikhwan nd’?”.
Sepintas melihat SuRo ini memang agak sedikit eksklusif, karena mungkin tempat dan tata letaknya yang begitu tertutup, tapi mereka beralasan ini sebagai usaha penjagaan interaksi ikhwan dan akhwat yang berada dalam satu ruangan. Akan tetapi setelah mengenal lebih jauh tentang SuRo ini, maka akan kelihatan perbedaan yang sangat signifikan antara ruangan ini dengan kamar-kamar di kanan dan kirinya.
Ruangan kecil ini tidak terlalu rapih, bukan karna mereka tidak suka bersih-bersih atau mereka malas untuk merapihkannya, akan tetapi setiap mereka mebersihkan dan membereskan ruangan tersebut beberapa menit kemudian akan kembali seperti semula, berantakan dan tidak tertata. Ya, mereka mengatakan karna aktivitas mereka di dalam ruangan tersebut terlalu dinamis. Sempat seorang Qiadah mereaka mengatakan dengan santainya “tidak usah terlalu dipikirkan masalah kebersihan SuRo, yang penting ramai dan nyaman ketika berada didalamnya, berantakan itu menadakan kita kerja dan SuRonya selalu ada penghuninya”, begitulah pernyataannya meski kesannya kurang baik.
Terkadang kalau kita masuk kedalammnya ada beberapa ikhwan yang sedang bersendau gurau asyik sedang yang lainnya menghafal kalimat demi kalimat yang ada di bukunya sambil menunggu jadwal kuliah/praktikum tiba. Terkadang mereka menggunakan SuRo ini sebagai tempat transit dari jadwal kuliah sebelumnya ke jadwal kuliah selanjut dan ada yang menggunakannya sebagai tempat istirahat sejenak bahkan tempat merebah sampai tempat tidur siang. Inilah SuRo, Rumah kedua setelah kostan, keluarga kedua setelah yang dirumah dan tempat persinggahan yang asyik dikala lelah dan menjemukan.
Beberapa buku berantakan didalamnya, ada kipas angin yang sesekali dihidupkan dan sesekali dimatikan (karna ada yang tidak tahan dengan kipas angin). Dan yang menghiasi temboknya sebuah jam dinding coklat yang merana, beberapa stearofoam tempat surat masuk dan undangan digantungin serta kalender dan hiasan-hiasan dinding yang mereka buat untuk memperindah ruangan tersebut. Satu hal yang paling unik dan mengherankan yang menghiasi tembok tersebut yaitu pasti ada beberapa baju kusam tergantung di tempat ikhwan, ada juga jas almamater dan jas laboratorium. Meski para kaum akhwat sudah sering mengingatkan untuk tidak menggantungkan pakaian di SuRo, tapi entah kenapa masih aja selalu ada yang tergantung di tembok tersebut (itulah ikhwan).
Memang sih, sepintas terlihat tempat akhwat lebih keliahatan rapih dan tertata daripada tempat ikhwan, kalo mereka yang ikhwan mengatakan dengan nada ngeles “namanya juga ikhwan, kalo tidak beratakan ya namanya akhwat”.
SuRo sudah cukup penuh dengan Inventarisnya, ada kipas, rak buku, loker, printer, sound system, dispenser, etalase, cangkir, piring dll.
Itulah SuRo, sejuta kenangan bersamanya, tempat mereka merumuskan ide-ide besar dakwah meraka, tidak jarang juga SuRo menjadi tempat untuk saling mengenal lebih dalam antar mereka. SuRo adalah inspirasi mereka. Menjadi saksi jejak-jejak perjuangan dakwah mereka dan akan selalu mereka rindukan dalam episode kehidupan mereka selanjutnya.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Kritik dan Saran